Sabtu, 07 Mei 2016

Kebudayaan Wonosobo

ILMU BUDAYA DASAR
KESENIAN LENGGER WONOSOBO



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx559BuPl-qhwpTiKESorXNRmtXRwf0ulkMYu4RFOPc_UnsWKFo4HsYWopA3Vo1H5zh_a-zTd4Pnk_ILjTBfizGsh73faE9tLMhdPLRYKtDEwXeYtjGVG7mqC-aB3tb6cSSoINx8xffZI/s1600/LOGO-UNIVERSITAS-GUNADARMA-LAMPUNG-BANDAR-GAMBAR-FOTO-JPG-1.jpg

Disusun Oleh:
Afina Dwi Meida
10115237
1KA08









UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
2015/2016

1.   Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Kebudayaan merupakan perilaku yang menjadi suatu kebiasaan di tengah masyarakat.Banyak hal yang dapat kita sebut sebagai kebudayaan. Seperti: tari-tari an, musik, rumah adat, pekaian, senjata dan pola hidup dalam suatu masyarakat atau kelompok merupakan contoh yang dapat kita definisikan sebagai contoh dari kebudayaan. Contoh-contoh tersebut lah yang sering kita bahas dalam lingkup pendidikan. Pembahasan tentang kebudayaan pun sangat banyak sekali yang tidak akan selesai dalam membahasnya karena kebudayaan terus berlangsung.
Kabupaten Wonosobo merupakan wilayah yang ada di Jawa Tengah. Seperti kebanyakan wilayah yang ada di Jawa Tengah, Wonosobo adalah wilayah di mana agama Islam disebarkan oleh para wali, khususnya Sunan Kalijaga dan salah satu sarana atau media dakwah yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan seni atau budaya. Dalam dakwah, Sunan Kalijaga sangat toleran terhadap budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama akan hilang. 
  1.2 Tujuan Penulisan
  Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
 1.        Menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerah kita.
 2.        Mengetahui Kebudayaan daerah.
 3.        Mempelajari Kebudayaan daerah.

2.     Isi
Indonesia memang kaya akan kebudayaan. Setiap daerah memiliki kebudayaan, tarian, dan seni khasnya masing-masing yang berbeda. Jangankan satu wilayah, bahkan satu kabupaten pun dalam tiap kecamatannya memiliki akrobatis kebudayaan yang bervariasi misalnya tari lengger atau seni eblek.
Kesenian atau tari Lengger dari Wonosobo merupakan akulturasi dari kebudayaan Hindu dan Budha dengan Islam yang dihasilkan oleh Sunan Kalijaga, dan masih dilestarikan sampai saat ini. Namun, pada saat ini masyarakat luas dan masyarakat wonosobo sendiri kurang memahami arti dan fungsi Lengger yang sebenarnya. Melalui tulisan ini, penulis berharap pembaca akan memahami arti dan fungsi Lengger yang sebenarnya. 
Sejarah Tari lengger
Tari Lengger menurut ceritanya sudah ada sejak zaman pemerintahan Prabu Brawijaya yang kemudian diadopsi oleh agama Islam untuk menyebarkan agama Islam diseluruh Nusantara. Tari ini berawal ketika Raja Brawijaya yang kehilangan putrinya, Dewi Sekartaji, mengadakan sayembara untuk memberikan penghargaan bagi siapa pun yang bisa menemukan sang putri. Bila pria yang menemukan akan dijadikan suami sang putri dan jika wanita maka akan dijadikan saudara. Sayembara yang dikuti oleh banyak ksatria ini akhirnya tinggal menyisakan dua peserta yaitu Raden Panji Asmoro Bangun yang menyamar dengan nama Joko Kembang Kuning dari Kerajaan Jenggala. Satu lagi, Prabu Klono dari Kerajaan Sebrang, merupakan orang yang menyebabkan sang putri kabur karena sang raja menjodohkannya. 
                Dalam pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya menyamar sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain. Lakon penarinya adalah seorang pria yang memakai topeng dan berpakaian wanita dengan diiringi alat musik seadanya. Ternyata dalam setiap pementasannya tari ini mendapat sambutan yang meriah. Sehingga dinamai Lengger, yang berasal dari kata ledek (penari) dan ger atau geger (ramai atau gempar). Hingga di suatu desa, tari Lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi Sekartaji dari persembunyiannya. 
Namun pada saat yang bersamaan Prabu Klono juga telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya Retno Tenggaron yang disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun lamaran itu ditolak Dewi sehingga terjadilah perkelahian dan Retno Tenggaron yang dimenangi Sang Putri.Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang Kuning tetap menuntut haknya pada raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam pertarungan, Joko Kembang Kuning yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil menewaskan Prabu Klono. Di akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji menikah dengan pestanya disemarakkan dengan hiburan Tari Topeng Lengger. Lengger yang pada zaman Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger (penari yang mengundang keramaian), mengalami perkembangan saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri. Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali yang menggunakan pendekatan seni dan budaya dalam berdakwah, menjadikan tari Lengger sebagai media untuk mensyiarkan Islam. 
Pentas Lengger
Waktu pentas kesenian Lengger dimulai dari pukul 20.00 sampai 24.00 bahkan ada yang sampai pagi. Sebelum pentas, tari Lengger diawali dengan sajian karawitan gending Patalon sebagai pertanda akan dimulai. Setelah itu dilanjutkan tembang Babadono, pada saat lagu Tolak Balak untuk menolak semua gangguan, seorang pawing tampil dengan membawa sesajen (kembang kanthil, mawar merah putih, sambal terasi, keluban tales, singkong bakar, terong lampu, gelas kembang, timun, bengkoang dan kemenyan). Setelah sesaji dianggap cukup seorang pawang tersebut membaca mantra sambil membakar kemenyan. Ini semua dimaksudkan untuk meminta kepada roh Endang (roh wanita pelindung mereka) agar mau turut merasuki para pemain dan melindungi semua pemain selama pentas seni Lengger berlangsung, agar terhindar dari gangguan dan marabahaya. Adapun pakaian yang digunakan penari Lengger terdiri dari: jarit, kebaya, pakaian ubetan selendang, bulu diatas kepala. Sedangkan rias yang digunakan aleh penari adalah terdiri dari: bedak, eye shadow, pensil alis dan lipstick.
                Dalam setiap pentasnya, setelah penari menarikan tariannya beberapa saat, seringkali muncul penari pria. Penari pria tersebut muncul sebagai pasangan dari penari perempuan, yang seringkali menandakan klimaks pentas Lengger tersebut. Penari pria biasanya sampai kesurupan, kemasukan roh-roh jahat, dan bahkan sampai bisa makan beling atau kaca. Hal semacam inilah yang biasanya menjadi daya tarik para penonton untuk menyaksikan pentas Lengger. 
Fariasi pada kesenian lengger adalah adanya barongan. Mirip dengan kesenian barongsai yang berasal dari Tionghoa. Sehari sebelum tampil biasanya alat yang akan di gunakan di magiskan (Ritual) agar orang yang memakai dapat kesurupan. Tetapi ada juga yang tidak menggunakan ritual, tanpa mengurangi keindahan dan estetika Kesenian Lengger tersebut. 
               

3.     Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar