ILMU BUDAYA DASAR
KESENIAN LENGGER WONOSOBO
Disusun Oleh:
Afina Dwi Meida
10115237
1KA08
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM
INFORMASI
2015/2016
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan
merupakan perilaku yang menjadi suatu kebiasaan di tengah masyarakat.Banyak hal
yang dapat kita sebut sebagai kebudayaan. Seperti: tari-tari an, musik, rumah
adat, pekaian, senjata dan pola hidup dalam suatu masyarakat atau kelompok
merupakan contoh yang dapat kita definisikan sebagai contoh dari kebudayaan.
Contoh-contoh tersebut lah yang sering kita bahas dalam lingkup pendidikan.
Pembahasan tentang kebudayaan pun sangat banyak sekali yang tidak akan selesai
dalam membahasnya karena kebudayaan terus berlangsung.
Kabupaten
Wonosobo merupakan wilayah yang ada di Jawa Tengah. Seperti kebanyakan wilayah
yang ada di Jawa Tengah, Wonosobo adalah wilayah di mana agama Islam disebarkan
oleh para wali, khususnya Sunan Kalijaga dan salah satu sarana atau media
dakwah yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan seni atau budaya.
Dalam dakwah, Sunan Kalijaga sangat toleran terhadap budaya lokal. Ia
berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka
harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga
berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama akan
hilang.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini antara lain :
1. Menumbuhkan
rasa cinta terhadap budaya daerah kita.
2. Mengetahui Kebudayaan
daerah.
3. Mempelajari
Kebudayaan daerah.
2.
Isi
Indonesia
memang kaya akan kebudayaan. Setiap daerah memiliki kebudayaan, tarian, dan
seni khasnya masing-masing yang berbeda. Jangankan satu wilayah, bahkan
satu kabupaten pun dalam tiap kecamatannya memiliki akrobatis kebudayaan yang
bervariasi misalnya tari lengger atau seni eblek.
Kesenian atau tari Lengger dari
Wonosobo merupakan akulturasi dari kebudayaan Hindu dan Budha dengan Islam yang
dihasilkan oleh Sunan Kalijaga, dan masih dilestarikan sampai saat ini. Namun,
pada saat ini masyarakat luas dan masyarakat wonosobo sendiri kurang memahami
arti dan fungsi Lengger yang sebenarnya. Melalui tulisan ini, penulis berharap
pembaca akan memahami arti dan fungsi Lengger yang sebenarnya.
Sejarah Tari lengger
Tari Lengger menurut ceritanya
sudah ada sejak zaman pemerintahan Prabu Brawijaya yang kemudian diadopsi oleh
agama Islam untuk menyebarkan agama Islam diseluruh Nusantara. Tari ini berawal
ketika Raja Brawijaya yang kehilangan putrinya, Dewi Sekartaji, mengadakan
sayembara untuk memberikan penghargaan bagi siapa pun yang bisa menemukan sang
putri. Bila pria yang menemukan akan dijadikan suami sang putri dan jika wanita
maka akan dijadikan saudara. Sayembara yang dikuti oleh banyak ksatria ini
akhirnya tinggal menyisakan dua peserta yaitu Raden Panji Asmoro Bangun yang
menyamar dengan nama Joko Kembang Kuning dari Kerajaan Jenggala. Satu lagi,
Prabu Klono dari Kerajaan Sebrang, merupakan orang yang menyebabkan sang putri
kabur karena sang raja menjodohkannya.
Dalam
pencarian tersebut, Joko Kembang Kuning yang disertai pengawalnya menyamar
sebagai penari keliling yang berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain.
Lakon penarinya adalah seorang pria yang memakai topeng dan berpakaian wanita
dengan diiringi alat musik seadanya. Ternyata dalam setiap pementasannya tari
ini mendapat sambutan yang meriah. Sehingga dinamai Lengger, yang berasal dari
kata ledek (penari) dan ger atau geger (ramai atau gempar). Hingga di suatu
desa, tari Lengger ini berhasil menarik perhatian Putri Dewi Sekartaji dari
persembunyiannya.
Namun pada saat yang bersamaan
Prabu Klono juga telah mengetahui keberadaan Sang Putri, mengutus kakaknya
Retno Tenggaron yang disertai prajurit wanita untuk melamar Dewi Sekartaji.
Namun lamaran itu ditolak Dewi sehingga terjadilah perkelahian dan Retno
Tenggaron yang dimenangi Sang Putri.Sementara Prabu Klono dan Joko Kembang
Kuning tetap menuntut haknya pada raja. Hingga akhirnya raja memutuskan agar
kedua kontestan itu untuk bertarung. Dalam pertarungan, Joko Kembang Kuning
yang diwakili oleh Ksatria Tawang Alun berhasil menewaskan Prabu Klono. Di
akhir kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji menikah dengan pestanya
disemarakkan dengan hiburan Tari Topeng Lengger. Lengger yang pada zaman
Kerajaan Hindu Brawijaya merupakan Ledek Geger (penari yang mengundang
keramaian), mengalami perkembangan saat kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri.
Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali yang menggunakan pendekatan seni
dan budaya dalam berdakwah, menjadikan tari Lengger sebagai media untuk
mensyiarkan Islam.
Pentas Lengger
Waktu pentas kesenian Lengger
dimulai dari pukul 20.00 sampai 24.00 bahkan ada yang sampai pagi. Sebelum
pentas, tari Lengger diawali dengan sajian karawitan gending Patalon sebagai
pertanda akan dimulai. Setelah itu dilanjutkan tembang Babadono, pada saat lagu
Tolak Balak untuk menolak semua gangguan, seorang pawing tampil dengan membawa
sesajen (kembang kanthil, mawar merah putih, sambal terasi, keluban tales,
singkong bakar, terong lampu, gelas kembang, timun, bengkoang dan kemenyan).
Setelah sesaji dianggap cukup seorang pawang tersebut membaca mantra sambil
membakar kemenyan. Ini semua dimaksudkan untuk meminta kepada roh Endang (roh
wanita pelindung mereka) agar mau turut merasuki para pemain dan melindungi
semua pemain selama pentas seni Lengger berlangsung, agar terhindar dari
gangguan dan marabahaya. Adapun pakaian yang digunakan penari Lengger terdiri
dari: jarit, kebaya, pakaian ubetan selendang, bulu diatas kepala. Sedangkan
rias yang digunakan aleh penari adalah terdiri dari: bedak, eye shadow, pensil
alis dan lipstick.
Dalam setiap pentasnya, setelah penari menarikan tariannya beberapa saat, seringkali muncul penari pria. Penari pria tersebut muncul sebagai pasangan dari penari perempuan, yang seringkali menandakan klimaks pentas Lengger tersebut. Penari pria biasanya sampai kesurupan, kemasukan roh-roh jahat, dan bahkan sampai bisa makan beling atau kaca. Hal semacam inilah yang biasanya menjadi daya tarik para penonton untuk menyaksikan pentas Lengger.
Dalam setiap pentasnya, setelah penari menarikan tariannya beberapa saat, seringkali muncul penari pria. Penari pria tersebut muncul sebagai pasangan dari penari perempuan, yang seringkali menandakan klimaks pentas Lengger tersebut. Penari pria biasanya sampai kesurupan, kemasukan roh-roh jahat, dan bahkan sampai bisa makan beling atau kaca. Hal semacam inilah yang biasanya menjadi daya tarik para penonton untuk menyaksikan pentas Lengger.
Fariasi pada kesenian lengger
adalah adanya barongan. Mirip dengan kesenian barongsai yang berasal dari
Tionghoa. Sehari sebelum tampil biasanya alat yang akan di gunakan di magiskan
(Ritual) agar orang yang memakai dapat kesurupan. Tetapi ada juga yang tidak
menggunakan ritual, tanpa mengurangi keindahan dan estetika Kesenian Lengger
tersebut.
3.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar